Minggu, 03 Februari 2013

Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien: Sejarah Berdirinya Serta Visi Misinya Dalam Mengembangkan Islam

Logo PSM
            Logo PSM
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) merupakan salah satu pondok pesantren salafiyah yang cukup terkenal di karesidenan Madiun. Pondok pesantren ini terletak di jantung kecamatan Takeran Kabupaten Magetan propinsi Jawa Timur, sekitar 16 kilometer dari arah Magetan dan sekitar 9 kilometer dari arah Madiun. Bagi yang ingin mengunjungi pondok pesantren ini, apabila dari arah Madiun, rute yang ditempuh adalah jalan raya yang menuju ke arah Goranggareng. Apabila dari arah Magetan, jalur yang ditempuh adalah jalan raya menuju arah Goranggareng kemudian dilanjutkan jalan raya ke arah Madiun. Begitu halnya bagi yang datang dari arah Maospati dan Ponorogo. Hanya saja yang dari arah Ponorogo bisa mengambil dua jalur, yakni lewat jalan raya Ponorogo ke arah Madiun kota kemudian langsung menuju jalan raya Goranggareng, atau lewat jalan raya Lembeyan – Goranggareng kemudian belok jalur ke arah Madiun.
Bagi orang yang tidak bermukim di sekitar daerah Madiun-Magetan dan sekitarnya, atau minimal bukan orang asli daerah tersebut mungkin belum begitu mengerti akan pondok pesantren ini. Sebab, ketika seseorang ditanya tentang PSM, tentu larinya ke arah klub sepakbola Indonesia. Dikarenakan istilah PSM diketahui mengandung singkatan lebih dari satu, salah satunya adalah Persatuan Sepakbola Makasar. Padahal bagi masyarakat Madiun-Magetan sendiri, nama PSM sendiri sudah tidak asing lagi di telinga mereka, karena arah pemikiran mereka langsung tertuju kepada salah satu pondok pesantren di daerah Magetan, yakni Pesantren Sabilil Muttaqien.
1. Sejarah Berdirinya
Umur pondok PSM sebenarnya sudah cukup tua, yakni di penghujung tahun 1800an. Pondok pesantren ini mulanya dirintis oleh Kyai Hasan Ulama dan dibantu oleh rekannya, Kyai Muhammad Ilyas pada tahun 1303 Hijriyah, atau sekitar tahun 1880. Mereka berdua adalah tokoh pemuka agama sekaligus ulama sufiyah yang sangat disegani oleh masyarakat di daerahnya pada waktu itu, yakni di Takeran. Sebelumnya, Kyai Hasan Ulama adalah pengikut setia Pangeran Diponegoro yang ketika itu terjadi peperangan melawan pasukan VOC. Kyai Khalifah (pangeran Kertapati), yakni ayahanda dari kyai Hasan Ulama turut dalam peperangan tersebut. Sedangkan beliau sendiri melarikan diri ke arah timur menuju daerah yang bernama Takeran. Sebelum tiba di Takeran, mereka sempat membangun semacam langgar di daerah Tegalrejo Ponorogo. Sesampainya di Takeran, mereka membangun sebuah pondok yang diberi nama pondok Takeran, yakni cikal bakal pondok PSM.
Model pendidikan pondok Takeran masih bersifat tradisional murni (bandongan, sorogan dan wetonan) dengan Kyai Hasan Ulama selaku mursyid (gurunya) dan berbasis tarekat Syathariyah. Beliau memimpin pondok Takeran hingga akhir hayatnya pada tahun 1920.
Setelah Kyai Hasan Ulama wafat, maka kepemimpinan pondok diteruskan olah anaknya, Kyai Imam Muttaqien. Model pendidikannya pun masih bersifat tradisional murni sebagaimana model pendidikan di masa Kyai Hasan Ulama. Beliau memimpin pondok hingga tahun 1936.
Setelah Kyai Imam Muttaqien wafat, kemudian diteruskan oleh anaknya, yaitu Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Pada masa kepemimpinan beliaulah terjadi pembaharuan dan modernisasi, yang bermula bernama pondok Takeran berganti menjadi Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) pada tanggal 16 September 1943. Model pendidikannya pun sudah selangkah menuju ke arah modernisasi, yakni ditandainya dengan munculnya lembaga pendidikan formal seperti sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah. Walaupun begitu, PSM masih tetap memegang tradisi tarekat syathariyah sebagaimana halnya Pondok Takeran. Sehingga Pondok ini awalnya bernama Pondok Takeran kemudian berganti nama menjadi Pondok PSM hingga saat ini.
2. Visi Misi PSM dalam mengembangkan ajaran Islam
Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) sebagaimana halnya pondok pesantren pada umumnya, lebih mengutamakan pembelajaran agama Islam dan penanaman tauhid bagi anak didiknya (santrinya). Sebab, tujuan berdirinya Pondok PSM sebagaimana tertuang di dalam pedoman pesantren dalam bentuk Risalah Peraturan Umum (Anggaran dasar) adalah memancarkan pendidikan yang seluas-luasnya tentang Islam serta memiliki jiwa yang cakap serta tinggi kepahamannya tentang Islam. Sehingga visi misi berdirinya pondok PSM ini adalah mengembangkan dakwah Islam ke seluruh lapisan masyarakat dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun tradisional dengan tidak meninggalkan tradisi yang sudah diwariskan oleh para pendahulunya, seperti mengadakan mujahadah taubat dan lain-lain.
Nilai-nilai yang tertanam dalam pendidikan di PSM adalah seperti yang telah diwasiatkan (dipun dhawuhaken) oleh Kyai Hasan Ulama seperti berikut:
1. Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat.
(janganlah bermimpi menjadi orang kaya dan janganlah takut menjadi miskin)
2. Pilih ngendi, sugih tanpo iman opo mlarat ananging iman.
(pilih mana, kaya tapi tidak punya iman ataukah miskin tapi punya iman)
3. Ojo demen ngudi pengaruhing pribadi, kang ono diopeni kanthi temenan. Ojo kesengsem gebyaring kadonyan, kanuragan lan pengawasan dudu tujuan. Topo ngrame lakonono.
4. Sumber bening ora bakal golek timbo.
(sumber air yang jernih tidak akan pernah mencari timba)
5. Ojo demen owah-owah tatanan poro sepuh,  wajibe mung ngopeni lan nglestareake.
(jangan suka merubah apa yang sudah ditetapkan oleh pendahulu kita, kewajiban kita hanya memelihara dan melestarikannya)
6. Ojo demen nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno.
(jangan suka membawa barang milik orang tua, kerjakan amal sholeh itu)
7. Nyawiji naliko nindakake kautamaan, pisah ing dalem kemaksiatan, ing tembe bakal ono titi mangsane, anak putu ono kang nemu emas sak jago gedene, ananging yo mung kandok sak mono iku imane.
8. Ora liwat anak putuku sing guyub rukun, dipodo tansah ngrameake mesjid, tak pangestoni slamet ndonyo akhirat.
(tidak terlewatkan cucu-cucuku yang selalu menjaga kerukunan, ayo sama-sama meramaikan masjid, dipastikan akan selamat dunia akhirat)
8. Ojo kendat tansah nindak ake mujahaddah taubat, koyo kang wis diparengake guru.
(jangan lupa laksanakan selalu mujahadah taubat, seperti yang telah diajarkan oleh guru)
Demikian beberapa visi misi PSM dalam mengembangkan ajaran Islam, semoga bermanfaat bagi kita semua, terutama yang sudah menjadi alumni atau warga PSM. Amien.
  
http://irfanyudhistira.wordpress.com/2011/12/24/pondok-pesantren-sabilil-muttaqien-sejarah-berdirinya-serta-visi-misinya-dalam-mengembangkan-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar